Hari ini, Rabu (27/6/2018)
menjadi hari Pilkada Serentak 2018, dimana banyak provinsi dan kota/kabupaten
memilih pemimpinnya. Sekian banyak para calon Gubernur, Wakil Gubernur, lalu
Walikota dan Wakil Walikota serta Bupati dan Wakil Bupati yang bersaing di
Pilkada tahun ini ada beberapa wajah – wajah yang familiar di mata pecinta bola
Indonesia.
Memang Pilkada tahun ini cukup
banyak tokoh – tokoh sepak bola, baik yang masih aktif maupun sudah tidak aktif
mencalonkan diri menjadi Gubernur ataupun Wakil Gubernur. Mulai dari Ketua Umum
PSSI saat ini Edy Rahmayadi yang mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatra
Utara dan bersaing dengan Djarot Saiful Hidayat yang mana berdampingan dengan
manta anggota Komite Eksekutif PSSI Sihar Sitorus. Selain itu ada juga mantan
Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang maju sebagai Calon Gubernur Sulawesi Selatan.
Selanjutnya pemilik Sriwijaya FC, Dodi Reza Alex Nordien yang bersaing di
Pilkada Sumatera Selatan. Selain Calon Gubernur ada juga yag akan bersaing
dalam pemilihan Walikota Makssar 2018 yaitu pemilik PSM Makassar Munafri
Arifuddin.
Jika melihat para tokoh – tokoh
sepak bola Negeri ini maju ke ranah politik seakan menjadi sesuatu yag sulit
dipisahkan antara sepak bola dan politik. Hal ini memang sudah berjalan lama di
Indonesia, apakah ini akan berdampak negatif jika keduanya berjalan beriringan?
Sebenarnya hal ini wajar, sepak
bola saat ini memang menjadi magnet bagi banyak kalangan, baik pria maupun
wanita semua menggilai olahraga satu ini, ehingga akan cukup banyak massa yang
akan dikumpulkan dari sepak bola. Mulai dari keluarga, sporter dari klub, belum
lagi fans dari seorang pemain bintang. Selain dari pemain seorang pelatih
dengan jajarannya pun terkadang memilki fans tersendiri serta tidak lupa
keluarga mereka. Terbayang banyaknya massa yang dapat dikumpulkan dari sebuah
tim sepakbola.
Indonesia sendiri menjadi negara
yang maniak dalam urusan sepak bola, sebuah tim saja bisa memiliki ribuan
sporter, padahal tim di Indonesia ini juga cukup banyak. Hal inilah yang membuat
wajar politik bisa terlibat didalamnya. Karena pada dasarnya politik juga sama
dengan sepak bola, membutuhkan pendukung. Sebuah partai politik dapat
berpengaruh jika memiliki pendukung yang lebih banyak dibandingkan partai
lainnya.
Banyak cara yang diakukan partai
politik dalam mendapatkan dukungan, salah satunya mereka mendekatkan diri ke
masyarakat melalui kesenangan masyarakat itu sendiri. Sepak bola menjadi salah
satu yang paling menjajikan, sudah cukup banyak calon Gubernur dan Wakil
Gubernur yang mendekati sporter klub sepak bola dimana ia akan maju sebelum
mendengar keluh kesah warga yang lain. Sporter sepak bola seperti menjadi kunci
mereka mendpat suara nantinya dalam pemilu.
Berjalan lurus, para pemain
sepak bola pun beberapa ada yang menjalutkan karirnya ke dunia politik setelah
masanya di sepak bola habis. Ketenaran selama menjadi pesepakbola bisa menjadi
modal dirinya bergabung dengan partai politik. Sebagai contoh ada Markus Horison
yang saat ini menjadi kader Partai Perindo. Sebelumnya ada juga Jack Komboy
mantan bek Persipura yang maju dalam Pemilu DPRD Papua pada 2009 silam.
Begitulah sepak bola mampu
mendukung politik, lalu bagaimana politik dalam mendukung sepak bola? Jika
tidak ada keuntungan diantara dua pihak tidak mungkin dua dunia ini bisa
berjalan beriringan selama ini. Politik juga sangat berpengaruh dalam sepak
bola Indonesia. APBD menjadi salah satu bentuk dukungan pemerintah daerah
kepada sebuah klub di daerahnya. Memang klub – klub di divis tertinggi sudah
tidak lagi bergantung pada APBD, namun klub – klub yang baru saja memulai
perjalanannya di kompetisi profesional hampir pasti lemah dalam pembiayaan.
Maka kepala daerah akan turun tangan dalam membantu keuangan klub tersebut.
Lalu apa keuntngan yang diperoleh tim – tim besar? Dengan menjalin hubungan
yang baik dnegan pemerintah (politik) mereka akan udah dalam mendapatkan
sponsor yang sebagian besar mampu didatangkan melalui hubungan dengan
pemerintah daerah.
Seperti itulah politik dan sepak
bola di Indonesia ini berjalan bersama. Bergabungnya tokoh – tokoh sepak bola
dengan dunia politik nantinya juga diharapkan dapat memngembangkan sepak bola
melalui politik, bukan malah sepak bola menjadi batu loncatan mereka untuk
mendulang suara dalam Pilkada.

Komentar
Posting Komentar